PATRON.ID – SERANG | Menyoroti isu lingkungan, Komunitas GUSDURian Serang menggelar diskusi dengan tajuk ‘Menghidupkan Semangat Gus Dur dalam menumbuhkan Kesadaran Sosial dan Ekologis’, di Umah Budaya Kaujon, Kota Serang, Sabtu 7 September 2024.
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperingati hari lahir KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur. Presiden ke-4 Republik Indonesia ini lahir pada tanggal 7 September 1940.
Empat pemateri dihadirkan dalam diskusi tersebut. Yakni Lakpesdam PCNU Kota Serang Raden Imam Abdillah, Ketua Pemuda Katolik Banten sekaligus Direktur Bank Sampah PETRA Candra Firmanto, Ketua Bidang Kajian dan Advokasi PKC KOPRI PMII Banten Novi Oktaviani, serta PENA Masyarakat Banten Mad Haer Effendy.
Sedangkan, Silviana Mencus dari Penggerak GUSDURian Serang, secara langsung memimpin jalannya diskusi sebagai moderator.
Koordinator Komunitas GUSDURian Serang, Taufik Hidayat menyampaikan, dalam peringatan Harlah Gusdur tahun 2024 ini pihaknya mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk terlibat aktif dalam kesadaran lingkungan.
Menurut dia, lingkungan menjadi poin penting dalam menjalankan kehidupan sehari-hari agar tetap sehat, bersih dan higienis.
“Urgensinya menjaga lingkungan adalah salah satu upaya konkret membentuk kesadaran ekologis dalam mempertahankan budaya kebersihan di masyarakat khususnya warga Serang,” ujar Taufik, mengawali jalannya diskusi.
Taufik mengatakan, kesadaran lingkungan merupakan salah satu nilai-nilai utama Gus Dur yang harus dilanjutkan bagi generasi bangsa dan generasi muda. Sebagaimana tema yang diangkat dalam diskusi ini.
Sejatinya, bentuk upaya kita sebagai elemen masyarakat untuk membangun kesadaran diri terhadap pentingnya lingkungan yang bersih.
“Melalui Harlah Gusdur di kesempatan ini, mari kita ajak dalam kesadaran utuh dalam menjaga lingkungan di sekitar kita. Terutama hal-hal sederhana di lingkungan sekitar kita untuk peduli dalam isu tersebut,” terangnya.
Pengurus Lakpesdam PCNU Kota Serang, Raden Imam Abdillah mengatakan, dalam kitab suci Al-qur’an, 14 abad yang lalu sudah menegaskan bahwa kerusakan dan kehancuran di bumi karena ulah tangan manusia.
Menurut dia, jika berbicara tentang bahan bakar bumi dan semacamnya, baterai justru lebih berbahaya dari minyak bumi karena lebih merusak alam.
“Karena penambangan nikel itu sangat merusak lingkungan dan tentu saja membahayakan bagi masyarakat sekitarnya,” kata Imam.
Terlebih, lanjut Imam, dalam Pancasila pun tidak ada aspek yang membahas tentang lingkungan (ekologi) secara spesifik.
Hal ini dikarenakan pada saat itu beberapa negara di dunia dalam masa penjajahan, kebebasan berpendapat pun masih sangat dibatasi.
“Jika mengutip pendapatnya Ibnu Kholdun, beliau pernah memberikan warning bahwa manusia akan berhadapan dengan alam lingkungan. Kita menghancurkan alam, dan alam pun akan menghancurkan kita,” ujarnya.
Persoalan lingkungan hidup menurut Imam bukan tentang sampah saja, tapi tentang tata kelola lingkungan itu sendiri. Hal ini yang jarang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Faktanya, masyarakat perkotaan yang menikmati hasil eksploitasi alam. Sedangkan warga di pedesaan mendapatkan dampak buruknya, tentu ini tidak adil.
“Mengutip pendapatnya Gus Dur, harus ada keseimbangan hubungan alam dan mansusia. Pancasila yang pertama, ketika kita mengakui Tuhan, seharusnya orang yang bertuhan bisa menjaga alam dan lingkungan,” beber Imam.
Ketua Pemuda Katolik Banten dan Direktur Bank Sampah PETRA, Candra Firmanto menyampaikan, sampah adalah tanggung jawab dirinya. Jika kita tidak bisa melakukan hal-hal besar, maka lakukan dari hal-hal yang kecil dahulu.
Menurut Candra, sampah rumah tangga merupakan penyumbang sampah terbanyak, sehingga diharapkan orang-orang muda bisa berkontribusi dengan memilah-milah sampah.
“Sampah yang sudah terpilah itu bisa ditukar dengan nominal rupiah, yang penting ada keinginan dan kemauan untuk mengambil sampah, memilah sampah,” ujarnya.
Kendati demikian, Ketua Bidang Kajian dan Advokasi PKC KOPRI PMII Banten, Novi Oktaviani menyampaikan, perempuan dan anak menjadi kaum rentan terdampak jika alam rusak, sebab akan mengganggu aktivitas domestik.
Terlebih, air yang tercemar itu akan memberikan dampak terhadap reproduksi perempuan, seperti membersihkan haid yang membutuhkan air yang bersih.
“Udara yang tercemar akan mengganggu kesehatan dan perkembangan anak” jelas Novi.
Sementara di ujung diskusi, Aktivis Lingkungan PENA Masyarakat Banten, Mad Haer Effendy menguraikan, pentingnya menjaga keseimbangan alam dan manusia di muka bumi ini.
Sejatinya, alam adalah tubuh manusia yang harus dijaga dan dirawat untuk tetap sinkron dalam ritual kehidupan.
“Bicara lingkungan bukan hanya perihal sampah tapi lebih dari itu. Banyak Masyarakat yang tidak ekspos dari isu tersebut,” kata pria yang akrab disapa Aeng ini.(Red/Roy)