Jalan menuju nalar kritis kader mujahid PMII di era distrupsi
oleh : Tia Mutiara
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia hadir dan berperan sebagai problem solver kompleksitas permasalahan zaman yang dihadapi.
Hal ini karena Paradigma Kritis Transformatif atau PKT PMII yang berperan sebagai role model paradigma yang sampai hari ini masih dipilih oleh warga.
PKT PMII tak muncul begitu saja tanpa ada pra kondisi yang muncul sebagai soft ware pergerakan.
Selain itu, sebelum adanya PKT PMII telah tercatat dalam sejarah PMII, ada paradigma lain yang dijadikan PMII sebagai alat analisa dalam mengatasi kompleksitas permasalahan yang dihadapi, yaitu “Paradigma Arus Balik Masyarakat Pinggiran”.
Tepatnya dimulai pada eranya Sahabat Muhaimin Iskandar, sampai pada akhirnya dianggap kurang relevan dan tergantikan dengan PKT di masa kepemimpian Sahabat Syaiful Bahri Anshori.
Masing-masing model paradigma yang dianut warga PMII adalah suatu bentuk ikhtiar atau jawaban atas realitas zamannya.
Paradigma Arus Balik Masyarakat Pinggiran, di latarbelakangi oleh kondisi sosio-politik bangsa (rezim Orba) yang represif dan sangat tidak memihak terhadap kaum mustadl’afin (proletariat). Paradigma Arus Balik bernada sangat frontal dalam mendengungkan anti kemapanan, atau lebih jelasnya anti ketidakadilan dan penindasan.
Gerakan perlawanan Paradigma Arus Balik dikemudian hari dilanjutkan dengan Paradigma Kritis Transformatif.
Dalam tulisan ini, penulis mencoba menggambarkan kajian pemikiran dan ranah gerakan yang diusung Paradigma Kritis Transformatif yang dirasa masih begitu relevan bagi warga PMII; di samping karena PMII sampai hari ini belum menemukan wajah atau model paradigma baru sebagai pisau analisa dan arah gerakan untuk membaca realitas sosial hari ini.
Namun, satu kali lagi bahwa PKT masih sangat relevan, karena PKT akan membuka kran wacana pengetahuan yang akan menghasilkan kesadaran kritis bagi kader, serta dapat membuka jalan kader menuju sosok intelektual-organik, sehingga citra diri gerakan intelektual PMII adalah intelektual transformatif yang memiliki tanggung jawab untuk menjadikan kampus sebagai ‘medan pertarungan’ dengan menginternalisasi kesadaran akan pentingnya pengetahuan dalam benak kader, serta kesadaran yang tinggi untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya sesuai dengan basis akademis dengan tanpa menghilangkan kesadaran ruang di mana mereka berpijak.
Pencarian Popular- https://patron id/jalan-menuju-nalar-kritis-kader-mujahid-pmii-di-era-distrupsi