Skip to content
Sel. Mar 21st, 2023
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pasang Iklan
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Pedoman Standar Perilisan Berita patron.id

Primary Menu
  • DAERAH
  • TERKINI
  • PENDIDIKAN
  • LENSA EVENT
  • OPINI
  • RUANG PATRON
    • CITIZEN JOURNALISM
    • KOMUNITAS
    • SAJAK-SAJAK
    • WISATA DAN KULINER
  • SOSOK
  • PHOTO
  • VIDEO
  • ADVETORIAL
  • Home
  • RUANG PATRON
  • OPINI
  • Belenggu Kemiskinan Struktural
  • OPINI

Belenggu Kemiskinan Struktural

Redaktur 1 tahun ago 5 min read

Oleh : Dr. Uli Wildan Nuryanto 

Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan mendasar seperti makanan, tempat berlindung, pakaian, Pendidikan dan Kesehatan.

Kemisikinan dapat menyebabkan berbagai dampak baik dari sisi ekonomi, sosio budaya dan lain sebagainya seperti meningkatnya kriminalitas, munculnya konflik yang terjadi dimasyarakat, sampai kepada meningkatnya angka kematian.

Lantas apa yang menjadi indicator seseorang dikatakan miskin, salah satu indicator yang digunakan oleh BPS adalah orang dengan pengeluaran Rp. 472.525/Kapita/bulan yang artinya rata-rata pengeluaran per hari sekitar Rp. 16.000, sedangkan Bank Dunia menggunakan indikator orang dengan pengeluaran per harinya dibawah 2 US Dollar.

Jika menggunakan indicator BPS maka secara angka matematis telah terjadi penurunan kemiskinan yang signifikan sejak tahun 1998 sd 2018.

Dimana pada tahun 1999 terdapat sekitar 23,4% penduduk Indonesia yang masuk kedalam kategori miskin, angka tersebut menggamabrkan hampir seperempat penduduk kita mengalami kemiskinan, yang artinya 1 dari 4 penduduk Indonesia berada pada garis kemiskinan.

Namun pada tahun 2018 persentase kemiskinan berhasil menurun menembus angka satu digit yaitu mencapai 9,82% dan 9,41% pada tahun 2019.

Persentase terakhir pada bulan September 2021 mencapai 9,71% Angka tersebut merupakan indikator bahwasanya persentase penduduk miskin mengalami penurunan dari waktu kewaktu. 

Hanya saja yang perlu diperhatikan bahwasanya terdapat penurunan tingkat persentase kemiskinan dari tahun ke tahun.

Pada tahun 1999 hingga 2004 dalam jangka waktu 5 tahun laju penurunan kemiskinan mencapai angka 6,77%, namun pada tahun 2014 hingga 2019 laju penuruanan kemiskinan menurun menjadi 1,74%.

Hal tersebut menggambarkan adanya hambatan dalam pengentasan kemiskinan. Salah satu yang akan dibahas oleh penulis dari hamabatan tersebut adalah terdapatnya kemiskinan struktural.

Hasil dari SMERU Research Institute yang merupakan Lembaga independent untuk riset dan kajian kebijakan publik yang secara aktif melakukan riset terhadap kemiskinan dalam hasil risetnya mendapatkan hasil bahwasanya 40% anak yang lahir dari keluarga miskin akan tetap miskin saat dewasa dan anak yang lahir dari keluarga miskin akan memiliki pendapatan 80% lebih rendah dibandingkan anak yang lahir bukan dari keluarga miskin.

#ctaText??#  Upaya Orang Tua Atasi Kejenuhan Anak Belajar Dari Rumah

Hal tersebut disebabkan oleh kemiskinan struktural, yang menjadikan lingkaran kemiskinan menjadi sulit untuk diberantas serta menjadi hambatan dalam menurunkan angka kemiskinan.

Kemiskinan struktural merupakan suatu fenomena kemiskinan yang kondisinya terisolasi oleh struktur yang ada seperti struktur sosial dan lingkungan dimana faktor sosial dan lingkungan menghambat masyarakat miskin untuk dapat keluar dari jurang kemiskinan.

Setidaknya terdapat 3 faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan struktural yang akan dibahas oleh penulis, yang pertama adalah pola pikir dan pola kehidupan yang keliru, kedua sulitnya mendapatkan akses Pendidikan yang berkualitas dan yang ketiga adalah terdapatnya keterbatasan akses pada sumber daya.

Faktor pertama yang dimaksud dengan pola pikir yang keliru adalah adanya pola pikir yang menjebak masyarakat miskin untuk dapat keluar dari jurang kemiskinan.

Antara lain terdapatnya sikap pasrah dan terima nasib yang menurut mereka kemiskinan merupakan takdir yang tidak bisa dirubah, dalam beberapa kasus dapat ditemui masih banyaknya penduduk miskin yang memiliki karakter nerimo.

Hasil riset LIPI pada tahun 2015 sampai dengan 2017 menunjukan bahwa karakteristik terhadap warga miskin dari 4 kota dan kabupaten di pulau jawa menunjukan bahwa masih terdapat anggapan bahwasanya kemiskinan sebagai takdir dan pasrah terhadap kondisi tersebut.

Hasil tersebut jika dibandingkan dengan data BPS menunjukan suatu linearitas dimana daerah yang penduduknya memiliki karakteristik dan pola piker tersebut maka persentase kemiskinan pada daerah tersbut cenderung jauh lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya.

Pola pikir yang kedua adalah adanya persepsi dari masyarakat miskin yang memandang bahwa uang dan kekayaan adalah sesuatu yang dapat menimbulkan hal negatif, misalnya adalah saat tetangganya mendapatkan kesuksesan terkadang dijauhi, disindir dan sulit untuk dapat menerima kondisi tersebut.

Artinya mereka lebih nyaman memiliki teman yang senasib dan yang terpenting walaupun hidup dalam kemiskinan masih tetap bersama-sama sepenenaggunagan.

Pola pikir inilah salah satu yang menjebak sulitnya untuk dapat lepas dari jurang kemiskinan. 

Lalu pertanyaannya mengapa pola pikir tersebut dapat terjadi? Jawabannya dapat ditemui berdasarkan hasil riset bahwasanya proses tumbuh kembang seseorang sejak kecil dimana anak dilahirkan akan berpengaruh signifikan terhadap pola pikir mereka.

#ctaText??#  Solusi Pemberdayaan Anak Jalanan

Terdapat kecendrungan bahwa seorang anak yang lahir dari keluarga miskin tanpa disadari mereka menganggap kondisi yang mereka alami adalah suatu bentuk kewajaran, lumrah dan sudah menjadi takdir hidup mereka.

Hal inilah yang membuat roda kemiskinan sulit untuk dirubah.

Faktor yang kedua adalah terdapatnya hambatan untuk mendapatkan akses ke Pendidikan yang berkualitas.

Pendidikan dengan standar kualitas yang baik, guru-guru yang cerdas berkualitas tinggi dan berwawasan luas, sumber materi yang terstandarisasi dan berkelas serta teman-teman dan lingkungan Pendidikan yang sehat termasuk juga kesempatan belajar di rumah dengan kualitas yang baik merupakan idaman semua orang.

Namun sayangnya kesempatan tersebut tidaklah semuanya mampu didapatkan, sebagai contoh dimana kita dapat melihat anak-anak sekolah dipelosok yang harus berjalan kaki berkilo-kilo meter jauhnya untuk mendapatkan akses Pendidikan hal tersebut tidak jauh bedanya yang dialami oleh guru dan tenaga pendidiknya.

Terdapatnya keterbatasan akses internet dan keterbatasan sumber materi pembelajaran yang berkualitas.

Hal tersebut sangat berbeda dibandingkan dengan mereka yang memiliki kondisi ekonomi baik dan tinggal diperkotaan dimana kondisi belajar lebih baik, akses internet yang memadai dan banyaknya akses Pendidikan yang terakreditasi dan berkelas serta materi pembelajaran yang jauh lebih baik.

Mereka yang hidup dalam kemiskinan kerap kali diperburuk dengan keterbatasan untuk dapat belajar mandiri dirumah karena kondisi yang tidak kondusif seperti adanya tuntutan untuk membantu orang tuan mencari uang sehingga akhirnya jumlah anak-anak dari keluarga tersebut yang mampu teredukasi dengan baik dan mampu mengangkat ekonomi keluarga saat dewasa sangatlah sedikit.

Bahkan fenomena tersebut banyak menimbulkan tingginya angka putus sekolah karena dipaksa oleh keadaan untuk berhenti mengenyam Pendidikan dan pada akhirnya memaksa mereka untuk kembali masuk kedalam roda kemiskinan.

Faktor yang ketiga dari sisi akses sumberdaya adalah sulitnya bagi keluarga yang hidup di jurang kemiskinan untuk mendapatkan akses sumber daya.

#ctaText??#  Salah Satu Faktor Penyebab Meningkatnya Kemiskinan di Banten

Sehingga menimbulkan anggapan bahwasanya “menjadi orang miskin biayanya lebih mahal daripada orang kaya”.

Maksudnya adalah mereka yang memiliki kondisi ekonomi lebih baik akan memiliki kecendrungan untuk mendapatkan permodalan dari perbankan, institusi keuangan, club funding dan lembaga permodalan dengan bunga lebih kecil dan lebih mudah untuk serta lebih ramah dalam konsekunsi finansial.

Berbading terbalik dengan mereka yang berada dalam kondisi ekonomi kurang baik dimana kebanyakan belum terjangkau oleh akses perbankan seperti mereka yang tinggal di daerah pelosok, kalopun ada lembaga keuangan kecil yang mampu menjangkau penduduk pra-sejahtera dipelosok, umumnya membebankan dengan Bunga yang sadis dan mencekik.

Sehingga mereka yang berada pada kondisi ekonomi kurang baik justru lebih rentan terhadap rentenir.

Contoh lainnya adalah akses terhadap air bersih, dimana banyak penduduk dengan ekonomi kurang baik yang masih kesulitan mendapatkan akses terhadap air bersih bahkan harus rela mendapatkan dengan harga yang lebih mahal, hal tersebut berbeda dengan mereka yang tinggal diperkotaan dan terjangkau dengan akses air bersih yang harganya jauh lebih murah.

Itulah maksudnya mengapa muncul anggapan tersbut. Lantas dengan hambatan tersebut menimbulkan pertanyaan besar, apakah berarti mereka yang berada pada kondisi ekonomi yang terbatas akan susah untuk dapat lepas dari jurang kemiskinan.

Jawabannya adalah Tidak, mengapa? Karena banyak negara yang pada tahun 1960 sd 1970-an tergolong negara miskin namun kini penduduknya telah bangkit dan keluar dari jurang kemiskinan bahkan menjadi negara maju seperti misalnya Tiongkok dan Korea selatan.

Lalu apa kuncinya untuk dapat berubah. Tentunya hal ini menjadi tanggung jawab bagi semua lapisan masyarakat bukan hanya pemerintah, namun beberapa hal kunci yang dapat di jadikan jalan keluar adalah peran pemerintah yang bersih, perencanaan jangka panjang yang terstruktur dan bertahap seperti akses pendidikan berkualitas yang merata, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat daerah, sampai kepada kebijakan yang mampu meringankan ekonomi bagi mereka yang masih hidup dalam kondisi miskin.

Tags: Kemiskinan

Continue Reading

Previous: Dampak Pandemi Terhadap Pendidikan Di Indonesia
Next: Transformasi Ekonomi Dari Negara Miskin Menjadi Superpower

Related Stories

Seberapa Penting Sistem Pembayaran Digital di Indonesia? 4 min read
  • OPINI

Seberapa Penting Sistem Pembayaran Digital di Indonesia?

Redaktur 5 bulan ago
Pengertian Dan Macam-Macam RisikoPerbankan Syari’ah 3 min read
  • OPINI

Pengertian Dan Macam-Macam RisikoPerbankan Syari’ah

Redaktur 8 bulan ago
Jalan menuju nalar kritis kader mujahid PMII di era distrupsi 2 min read
  • OPINI

Jalan menuju nalar kritis kader mujahid PMII di era distrupsi

Redaktur 8 bulan ago
Menyongsong Digitalisasi Penyiaran di Banten 12 min read
  • OPINI

Menyongsong Digitalisasi Penyiaran di Banten

Redaktur 9 bulan ago
Transformasi Ekonomi Dari Negara Miskin Menjadi Superpower 8 min read
  • OPINI

Transformasi Ekonomi Dari Negara Miskin Menjadi Superpower

Redaktur 12 bulan ago
Dampak Pandemi Terhadap Pendidikan Di Indonesia 2 min read
  • OPINI

Dampak Pandemi Terhadap Pendidikan Di Indonesia

Redaktur 1 tahun ago
DPRD PROVINSI BANTEN
BAPEDA KABUPATEN TANGERANG
DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN TANGERANG

“Pemerintah yang baik ialah yang berorientasi kepada kepentingan rakyat banyak, bukan berorientasi kepada sekelompok kecil tuan-tuan besar yang hidup di gedung bertingkat dilingkungi kaca seperti permen dalam peles.”

― Mahbub Djunaidi

You may have missed

Kanwil Kemenag Banten Menggelar Doa Kerukunan dan Rakerwil 3 min read
  • LENSA EVENT

Kanwil Kemenag Banten Menggelar Doa Kerukunan dan Rakerwil

Redaktur 9 jam ago
Pemerintah Provinsi Banten Optimalkan Upaya Mitigasi Bencana 2 min read
  • ADVETORIAL

Pemerintah Provinsi Banten Optimalkan Upaya Mitigasi Bencana

Redaktur 16 jam ago
JMSI Kota Tangerang Menggelar Pelatihan Jurnalistik dan Fotografer Santri 2 min read
  • LENSA EVENT

JMSI Kota Tangerang Menggelar Pelatihan Jurnalistik dan Fotografer Santri

Redaktur 3 hari ago
Peringati Hari Jadi ke 7 Tahun Serpongupdate.com Santunai Anak Yatim dan Dhuafa 1 min read
  • LENSA EVENT

Peringati Hari Jadi ke 7 Tahun Serpongupdate.com Santunai Anak Yatim dan Dhuafa

Redaktur 3 hari ago
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pasang Iklan
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Pedoman Standar Perilisan Berita patron.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pasang Iklan
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Pedoman Standar Perilisan Berita patron.id
Copyright © All rights reserved. | Magnitude by AF themes.